Minggu, 23 Oktober 2016

Pentingnya Akidah dalam Kehidupan Manusia

Pendahuluan

Salah satu elemen penting dalam ajaran Islam adalah Akidah. Ajaran ini merupakan persoalan mendasar yang harus diyakini seorang Muslim sebelum ajaran-ajaran lainnya. Ibarat tali kekang, akidah mengendalikan seorang muslim agar tidak berjalan tanpa arah yang jelas. Sebaiknya, akidah akan mengarahkan seorang muslim menuju satu tujuan yang dicita-citakan. Oleh sebab itu, tulisan ini menguraikan bagaimana akidah memberi pengaruh dalam kehidupan seorang muslim.

Pengertian Akidah

Secara bahasa adalah berasal dari kata aqdun - aqo'id yang berarti aqad atau ikatan. Maksunya yaitu ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Allah SWT dan nilai-nilai Islam. Sedangkan secara istilah aqidah merupakan sesuatu yang wajib diyakini atau diimani tanpa keraguan, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari. Aqidah merupakan motor penggerak dan otak dalam kehidupan manusia, 

Aqidah bagaikan pondasi bangunan. Aqidah harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum merancang dan membangun bagian yang lain. Kualitas pondasi yang dibangun akan berpengaruh terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Bangunan yang ingin dibangun itu sendiri ialah Islam yang sempurna (kamil), menyeluruh (syamil), dan benar (shahih). Aqidah tidak berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakan. Allah berfirman dalam surah Asy Syura:13 :

۞ شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ

"dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musryik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama-Nya) orang yang kembali kepada-Nya."

Ada beberapa istilah yang kelihatannya sama, namun sesungguhnya secara khusus berbeda dengan aqidah yaitu : Tauhid dan iman. 

1.      Tauhid

          Tauhid diperlukan dalam memahami aqidah. kata tauhid berasa dari kata wahhada yang berarti menjadikan satu. Muslim wajib menghayati hakikat tauhid yang diperintahkan Allah Swt. Karena hal itu merupakan landasan agama-Nya. Penerimaan Tauhid menjadi penyebab keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat dan mendapatkan imbalan surga.

         Ada 3 klasifikasi tauhid yang harus diyakini dan dimiliki oleh seorang Muslim, yaitu :
               
          a. Tauhid Rububiyah 

                   Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa Allah Swt. satu-satunya pencipta, pemilik, pengatur, pemelihara, dan penguasa seluruh urusan makhluk dan alam, baik dalam menghidupkan, mematikan serta urusan takdir dan hukum alam lainnya.

          b. Tauhid Uluhiyah 

                   Tauhid Uluhiyah ialah keyakinan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya yang disembah, mengesakan Allah Swt dalam peribadatan, penghambaan, kepatuhan, kecintaan, ketakutan, dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah Swt dan tidak pula mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain.

          c. Tauhid Asma' Wa Sifat 
     
                   Tauhid Asma' Wa Sifat ialah keyakinan bahwa Allah Swt memiliki 99 asmaul husna ( nama-nama yang agung ) yang tidak dimiliki oleh selain-Nya. Laysa kamitslihi syay-un, tidak ada sesuatupun yang memiliki-Nya dan menyerupai-Nya.


2.      Iman

       Hakikat iman menurut ulama Ahlu Sunnah iman bermakna mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota badan. Ketiga hal ini merupakan pengertian iman. Satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Iman adalah keyakinan sekaligus amal. Uyainah berkata tentang iman, “ Al iman, qaulun wa ‘alamun, yazidu wa yanqush”. Artinya : iman adalah ycapan dan perbuatan, kadang meningkat dan kadang menurun.

       Iman bukanlah angan-angan, melainkan apa yang tertanam dan menghujam didalam sanubari serta dibenarkan oleh amal perbuatan. Iman bukan semata-mata teori, sebagai konsumsi otak, yang sinarnya tidak sampai menembus hati dan tidak dapat menggerakkan iradah (keinginan), iman juga bukan sesuatu yang menjejali ingatan dengan istilah-istilah seperti : rabb, ilah, dien, ibadan, tauhid, thagut, dan sebagainya.


                   Dari Anas Bin Malik berkata Rasullullah SAW : tiga golongan yang merasakan manisnya iman :

1.      Mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi dari kecintaan daripada yang lainnya.
2.      Mencintai orang lain hanya karena Allah Swt
3.      Merasa benci kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan Allah Swt, sebagaimana ia dibenci jika dilemparkan kedalam neraka. (HR. Bukhari-Muslim)


Akidah Dalam Kehidupan

Perlu dipahami bahwa dakwah Rasullullah Saw, selama di Mekkah ditujukan untuk menguatkan aqidah. Ini menghasilkan kualitas keimanan yang sempurna ditunjukan oleh rasul dan para sahabat. Pada saat itu belum diturunkan aturan hukum-hukum lain yang mengatur kehidupan pribadi dan bermasyarakat, seperti mu’amalah, puasa dan bahwa peranan aqidah sangat penting dalam pembinaan manusia dan masyarakat. Benar bahwa Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Tapi akhlak yang sempurna ini tidak akan dapat terwujud tanpa disandarkan pada landasan aqidah yang kuat. Bila aqidah sudah dapat diwujudkan dalam amal maka dengan otomatis akhlak manusia pun akan dapat mengikutinya.

Persoalan selanjutnya adalah, bagaimana akidah memberi pengaruh dalam kehidupan seorang Muslim? Berikut ini penulis uraikan bagaimana akidah menjadi bingkai sekaligus kendali dalam setiap perilaku kaum Muslim.  
Pertama, jujur dalam segala ucapan dan tindakan. Menurut al-Maududi, orang yang memiliki akidah benar tidak mungkin ada ruang baginya untuk melakukan perbuatan curang dan perkataan dusta, sebab dia meyakini Allah itu senantiasa melihat segala aktivitasnya sekecil apapun perbuatan itu dan akan dibalas sesuai dengan amalnya. Sebagaimana nasehat Lukman kepada anak-anaknya yang termaktub dalam surat Lukman / 31:16 ; "Hai anakku,sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi,dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan melihat dan membalasnya, sesungguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui".
Kedua, rendah hati kepada sesama manusia. Orang yang akidahnya benar tidak mungkin menjadi angkuh, tidak mensyukuri nikmat dan tidak terpedaya dengan kekuatan dan kemahiran yang dimilikinya. Karena dia tahu dan yakin semua itu adalah karunia Allah kepadanya.  Malah dia sadar Allah berkuasa mengambilnya kembali apabila Dia menghendaki. Manusia yang akidahnya tidak benar akan mengingkari nikmat, menyombongkan diri dan mengangkat kepala apabila memperolehi nikmat. Ia menganggap nikmat itu hasil usaha dan kecakapannya. 
Ketiga, tidak berputus asa dan hilang harapan. Orang yang akidahnya benar tidak mudah dihinggapi rasa putus asa dan hilang harapan dalam setiap keadaan. lman memberikan ketenteraman yang luar biasa pada hatinya. lman mengisi hatinya dengan ketenangan dan harapan meskipun dia dihina di dunia dan diusir dari semua pintu kehidupan sehingga kelihatan jalan hidupnya sempit dan seluruh saluran materi terputus darinya. Dia yakin Allah tidak pernah terlena dan tidak membiarkan hidupnya terlantar.  Oleh karena itu, ia senantiasa mencurahkan tenaganya dengan bertawakkal kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya dalam semua urusan.
Macam-macam Ilmu Aqidah 
Macam-macam ilmu aqidah antara lain:

  1. Ilmu Tauhid; Ilmu yang menerangkan tentang sifat Allah swt yang wajib diketahui dan dipercayai.
  2. Ilmu Usuluddin; Suatu ilmu yang kepercayaan dalam agama Islam, iaitu kepercayaan kepada Allah swt dan pesuruh-Nya.
  3. Ilmu Makrifat; Suatu ilmu yang membahaskan perkara-perkara yang berhubung dengan cara-cara mengenal Allah SWT.
  4. Ilmu Kalam; Sesuatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliah (ilmiah) sebagai perisai terhadap segala tentangan daripada pihak lawan.
  5. Ilmu Akidah; Suatu ilmu yang membahas tentang perkara-perkara yang berhubung dengan keimanan kepada Allah SWT.
Akidah Islamiyyah Aqidah islamiyah adalah iman kepada Allah SWTMalaikat-malaikat-Nya,Kitab-kitab-NyaRasul-rasul-NyaHari KiamatQada dan Qadar (baik buruknya) dari Allah SWT. Makna Iman adalah pembenaran secara pasti (tashdiq al-jazim) sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil. Jika pembenaran saja tanpa disertai dalil tidak digolongkaniman, kerana tidak termasuk pembenaran yang pasti kecuali apabila bersumber dari dalil. Jika tidak disertai dalil maka tidak ada kepastian.
Jadi, kalau cuma pembenaran saja terhadap suatu berita tidak termasuk iman. Berdasarkan hal ini pembenaran harus berdasarkan dalil agar menjadi bersifat pasti, atau agar tergolongiman. Ini bererti adanya dalil terhadap segala sesuatu yang dituntut untuk diimani adalah suatu hal yang pasti agar pembenaran terhadap sesuatu tadi tergolong iman. Maka adanya dalil merupakan syarat utama adanya keimanan, tanpa melihat lagi apakah hal itu sahih (benar) atau fasid (rosak).
Sumber-sumber aqidah islamiah (مصدارالعقيدة الإسلامية)
 antara lain:

  1. Sumber aqidah Islamiyyah yang pertama dan paling utama adalah al-Qur’an yang merupakan kalamullah yang sama sekali tidak terdapat keraguan didalamnya.
  2. Sumber yang kedua adalah as-Sunnah an-Nabawiyyah yang merupakan
    penjelas dan pemerinci dari al-Qur’an.
  3. Sumber yang ketiga adalah al-Ijma’ yaitu kesepakatan para ulama baik salaf
    (terdahulu) maupun khalaf (terkemudian) tentang sesuatu hal.
              Pilar-pilar aqidah islamiyyah (أرآان القيدة الإسلامية) antara lain:

  1. Keyakinan (iman) kepada Allah SWT (QS 2/177, 4/136) sebagai pencipta,
    pemilik, pemberi rizqi, penguasa, pengatur, pembimbing kita.
  2. Keyakinan (iman) kepada Malaikat2 Allah SWT (QS 2/97,98,177,285;
    4/136), sebagai makhluq yang diciptakan dari cahaya (nuur) dan tidak pernah
    bermaksiat serta selalu taat pada perintah Allah.
  3. Keyakinan (iman) kepada semua Kitab2 yang diturunkan Allah SWT (QS
    2/177, 4/136) baik kepada Nabi Muhammad SAW maupun kepada Nabi2
    sebelumnya, seperti Taurat Musa as, Injil Isa as, Zabur Daud as, dan shuhuf Ibrahim as.
  4. Keyakinan (iman) kepada para Rasul as (QS 2/98, 4/136), yaitu semua
    manusia yang diutus oleh Allah SWT kepada ummatnya masing2 yang dalam al-Qur’an disebutkan 25 orang jumlahnya yang wajib diimani.
  5. Keyakinan (iman) kepada hari Akhir (QS 2/177, 4/135), yaitu adanya hari
    pembalasan atas semua amal yang dilakukan manusia.
  6. Keyakinan (iman) kepada qadha’ dan qadar Allah SWT (QS 25/2), hadits
    Jibril dari Umar ra (HR Muslim).
Dalil Aqidah Islamiyah itu ada dua macam, iaitu :

  1. Dalil Aqli (menggunakan akal).
  2. Dalil Naqli (dari Al-Quran dan Hadis).
Yang menentukan apakah dalil itu aqli atau naqli adalah fakta dari permasalahan yang ditunjukkan untuk diimani. Apabila permasalahannya adalah fakta yang boleh diindera maka dipastikan dalilnya aqli bukan naqli. Namun jika permasalahannya tidak dapat diindera maka dalilnya adalah naqli. Dalil naqli itu sendiri diperoleh dari perkara yang boleh diindera. Maksudnya keberadaannya sebagai dalil tercakup didalam perkara yang dapat diindera. Kerana itu dalil naqli digolongkan sebagai dalil yang layak untuk diimani tergantung pada dalil aqli dalam menetapkannya sebagai dalil.

  1. Allah SWT – Orang yang mendalami perkara yang dituntut akidah Islam untuk diimani akan menjumpai bahawa Iman kepada (wujud) Allah SWT dalilnya adalah aqli. Alasannya perkara tersebut – iaitu adanya al-Khaliq (Maha Pencipta) bagi segala yang ada – dapat dijangkau dengan panca indera.
  2. Malaikat – Iman terhadap (keberadaan) Malaikat-Malaikat dalilnya adalah naqli. Alasannya keberadaan Malaikat tidak dapat dijangkau indera. Malaikat tidak boleh dijangkau zatnya dan tidak boleh dijangkau dengan apapun yang menunjukkan atas (keberadaan)nya.
  3. Kitab-Kitab – Iman terhadap Kitab-Kitab Allah SWT dapat dihuraikan sebagai berikut. Jika yang dimaksud adalah Iman terhadap Al-Quran maka dalilnya aqli, kerana Al-Quran dapat diindera dan dijangkau. Demikian pula kemukjizatan Al-Quran dapat diindera sepanjang zaman. Tetapi jika yang dimaksud adalah iman terhadap kitab-kitab selain Al-Quran, seperti TauratInjil dan Zabur, maka dalilnya adalah naqli. Alasannya bahawa Kitab-Kitab ini adalah dari sisi Allah SWT tidak dapat dijangkau (keberadaannya) sepanjang zaman. Kitab-Kitab tersebut adalah dari sisi Allah SWTdan dapat dijangkau keberadaanya tatkala ada Rasul yang membawanya sebagai mukjizat. Kemukjizatannya berhenti saat waktunya berakhir. Jadi, mukjizat tersebut tidak boleh dijangkau oleh orang-orang (pada masa) setelahnya. Namun sampai kepada kita berupa berita yang mengatakan bahawa kitab tersebut berasal dari Allah SWT dan diturunkan kepada Rasul. Kerana itu dalilnya naqli bukan aqli, kerana akal – di setiap zaman – tidak mampu menjangkau bahawa kitab itu adalah kalam Allah SWTdan akal tidak mampu mengindera kemukjizatannya.
  4. Rasul-Rasul – Begitu pula halnya Iman terhadap para Rasul. Iman terhadap Rasul(Nabi Muhammad s.a.w.) dalilnya aqli, kerana pengetahuan akan Al-Quran sebagai kalam Allah dan ia dibawa oleh Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) adalah sesuatu yang dapat diindera. Dengan mengindera Al-Quran dapat diketahui bahawa Muhammad ituRasulullah. Hal itu dapat dijumpai sepanjang zaman dan setiap generasi. SedangkanIman terhadap para Nabi dalilnya adalah naqli, kerana dalil (bukti) kenabian para Nabi –iaitu Mukjizat-Mukjizat mereka- tidak dapat diindera kecuali oleh orang-orang yang sezaman dengan mereka. Bagi orang-orang yang datang setelah mereka hingga zaman sekarang bahkan sampai kiamat pun, mereka tidak menjumpai mukjizattersebut. Bagi seseorang tidak ada bukti yang dapat diindera atas kenabiannya. Kerana itu bukti atas kenabiannya bukan dengan dalil aqli melainkan dengan dalil naqli. Lain lagi bukti atas kenabian (Nabi Muhammad s.a.w.) yang berupa mukjizat beliau. Mukjizattersebut (selalu) ada dan dapat diindera, iaitu Al-Quran. Jadi dalilnya adalah aqli.
  5. Hari Kiamat – Dalil Hari Kiamat adalah naqli, kerana Hari Kiamat tidak dapat diindera, lagi pula tidak ada satu pun perkara yang dapat diindera yang menunjukkan tentangHari Kiamat. Dengan demikian tidak terdapat (satu) dalil aqli pun untuk hari kiamat. Dalilnya adalah naqli.
  6. Qada dan Qadar – Qada dan Qadar dalilnya aqli, kerana Qada adalah perbuatan manusia yang dilakukannya atau yang menimpanya (dan tidak dapat ditolak). Ia adalah sesuatu yang dapat diindera maka dalilnya adalah aqli. Qadar adalah khasiat sesuatu yang dimunculkan (dimanfaatkan) oleh manusia, seperti kemampuan membakar yang ada pada api, kemampuan memotong yang ada pada pisau. Khasiat ini adalah sesuatu yang dapat diindera, maka dalil untuk perkara Qadar adalah aqli.

Sumber referensi :

-          http://www.annaba-center.com/berita/pengaruh-aqidah-dalam-kehidupan

-          http://muslim.or.id/459-tauhid-akidah-dalam-kehidupan-insan.html