Pendahuluan
Salah satu elemen penting dalam ajaran Islam adalah Akidah.
Ajaran ini merupakan persoalan mendasar yang harus diyakini seorang Muslim
sebelum ajaran-ajaran lainnya. Ibarat tali kekang, akidah mengendalikan seorang
muslim agar tidak berjalan tanpa arah yang jelas. Sebaiknya, akidah akan
mengarahkan seorang muslim menuju satu tujuan yang dicita-citakan. Oleh sebab
itu, tulisan ini menguraikan bagaimana akidah memberi pengaruh dalam kehidupan
seorang muslim.
Pengertian Akidah
Secara bahasa adalah berasal dari kata aqdun - aqo'id yang
berarti aqad atau ikatan. Maksunya yaitu ikatan yang mengikat manusia dengan
aturan-aturan Allah SWT dan nilai-nilai Islam. Sedangkan secara istilah aqidah merupakan sesuatu yang wajib
diyakini atau diimani tanpa keraguan, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan
dalam amal perbuatan sehari-hari. Aqidah merupakan motor penggerak dan otak
dalam kehidupan manusia,
Aqidah bagaikan pondasi bangunan. Aqidah harus dirancang dan dibangun
terlebih dahulu sebelum merancang dan membangun bagian yang lain. Kualitas
pondasi yang dibangun akan berpengaruh terhadap kualitas bangunan yang
ditegakkan. Bangunan yang ingin dibangun itu sendiri ialah Islam yang sempurna
(kamil), menyeluruh (syamil), dan benar (shahih). Aqidah tidak berubah-ubah karena
pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakan.
Allah berfirman dalam surah Asy Syura:13 :
۞ شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا
وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ
إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا
فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ
يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
"dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu :
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musryik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama-Nya)
orang yang kembali kepada-Nya."
Ada beberapa istilah yang kelihatannya sama, namun
sesungguhnya secara khusus berbeda dengan aqidah yaitu : Tauhid dan iman.
1.
Tauhid
Tauhid
diperlukan dalam memahami aqidah. kata tauhid berasa dari kata wahhada yang berarti menjadikan satu.
Muslim wajib menghayati hakikat tauhid yang diperintahkan Allah Swt. Karena hal
itu merupakan landasan agama-Nya. Penerimaan Tauhid menjadi penyebab keselamatan hidup
manusia di dunia dan di akhirat dan mendapatkan imbalan surga.
Ada 3 klasifikasi tauhid yang harus diyakini dan dimiliki
oleh seorang Muslim, yaitu :
a. Tauhid Rububiyah
Tauhid
Rububiyah ialah keyakinan
bahwa Allah Swt. satu-satunya pencipta, pemilik, pengatur, pemelihara, dan
penguasa seluruh urusan makhluk dan alam, baik dalam menghidupkan, mematikan
serta urusan takdir dan hukum alam lainnya.
b. Tauhid Uluhiyah
Tauhid
Uluhiyah ialah keyakinan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya yang
disembah, mengesakan Allah Swt dalam peribadatan, penghambaan, kepatuhan,
kecintaan, ketakutan, dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri
kepada selain Allah Swt dan tidak pula mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang
lain.
c. Tauhid Asma' Wa Sifat
Tauhid
Asma' Wa Sifat ialah
keyakinan bahwa Allah Swt memiliki 99 asmaul
husna ( nama-nama yang agung
) yang tidak dimiliki oleh selain-Nya. Laysa
kamitslihi syay-un, tidak ada
sesuatupun yang memiliki-Nya dan menyerupai-Nya.
2.
Iman
Hakikat iman
menurut ulama Ahlu Sunnah iman bermakna mengikrarkan dengan lisan, membenarkan
dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota badan. Ketiga hal ini merupakan
pengertian iman. Satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Iman adalah
keyakinan sekaligus amal. Uyainah berkata tentang iman, “ Al iman, qaulun wa ‘alamun, yazidu wa yanqush”. Artinya : iman
adalah ycapan dan perbuatan, kadang meningkat dan kadang menurun.
Iman bukanlah
angan-angan, melainkan apa yang tertanam dan menghujam didalam sanubari serta
dibenarkan oleh amal perbuatan. Iman bukan semata-mata teori, sebagai konsumsi
otak, yang sinarnya tidak sampai menembus hati dan tidak dapat menggerakkan
iradah (keinginan), iman juga bukan sesuatu yang menjejali ingatan dengan
istilah-istilah seperti : rabb, ilah,
dien, ibadan, tauhid, thagut, dan sebagainya.
Dari
Anas Bin Malik berkata Rasullullah SAW : tiga
golongan yang merasakan manisnya iman :
1.
Mencintai Allah dan
rasul-Nya melebihi dari kecintaan daripada yang lainnya.
2.
Mencintai orang lain
hanya karena Allah Swt
3.
Merasa benci kembali
kepada kekufuran setelah diselamatkan Allah Swt, sebagaimana ia dibenci jika
dilemparkan kedalam neraka. (HR. Bukhari-Muslim)
Akidah Dalam Kehidupan
Perlu dipahami bahwa dakwah
Rasullullah Saw, selama di Mekkah ditujukan untuk menguatkan aqidah. Ini
menghasilkan kualitas keimanan yang sempurna ditunjukan oleh rasul dan para
sahabat. Pada saat itu belum diturunkan aturan hukum-hukum lain yang mengatur
kehidupan pribadi dan bermasyarakat, seperti mu’amalah, puasa dan bahwa peranan aqidah sangat penting dalam
pembinaan manusia dan masyarakat. Benar bahwa
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Tapi akhlak yang
sempurna ini tidak akan dapat terwujud tanpa disandarkan pada landasan aqidah
yang kuat. Bila aqidah sudah dapat diwujudkan dalam amal maka dengan otomatis
akhlak manusia pun akan dapat mengikutinya.
Persoalan selanjutnya adalah, bagaimana akidah memberi pengaruh dalam
kehidupan seorang Muslim? Berikut ini penulis uraikan bagaimana akidah menjadi
bingkai sekaligus kendali dalam setiap perilaku kaum Muslim.
Pertama, jujur dalam segala
ucapan dan tindakan. Menurut al-Maududi, orang yang memiliki akidah benar tidak
mungkin ada ruang baginya untuk melakukan perbuatan curang dan perkataan dusta,
sebab dia meyakini Allah itu senantiasa melihat segala aktivitasnya sekecil
apapun perbuatan itu dan akan dibalas sesuai dengan amalnya. Sebagaimana
nasehat Lukman kepada anak-anaknya yang termaktub dalam surat Lukman / 31:16 ;
"Hai anakku,sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji
sawi,dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan melihat dan membalasnya, sesungguhnya Allah maha halus lagi maha
mengetahui".
Kedua, rendah hati kepada
sesama manusia. Orang yang akidahnya benar tidak mungkin menjadi angkuh, tidak
mensyukuri nikmat dan tidak terpedaya dengan kekuatan dan kemahiran yang
dimilikinya. Karena dia tahu dan yakin semua itu adalah karunia Allah
kepadanya. Malah dia sadar Allah berkuasa mengambilnya kembali apabila
Dia menghendaki. Manusia yang akidahnya tidak benar akan mengingkari nikmat, menyombongkan
diri dan mengangkat kepala apabila memperolehi nikmat. Ia menganggap nikmat itu
hasil usaha dan kecakapannya.
Ketiga, tidak berputus asa dan
hilang harapan. Orang yang akidahnya benar tidak mudah dihinggapi rasa putus
asa dan hilang harapan dalam setiap keadaan. lman memberikan ketenteraman yang
luar biasa pada hatinya. lman mengisi hatinya dengan ketenangan dan harapan
meskipun dia dihina di dunia dan diusir dari semua pintu kehidupan sehingga
kelihatan jalan hidupnya sempit dan seluruh saluran materi terputus
darinya. Dia yakin Allah tidak pernah terlena dan tidak membiarkan
hidupnya terlantar. Oleh karena itu, ia senantiasa mencurahkan tenaganya
dengan bertawakkal kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya dalam semua urusan.
Macam-macam Ilmu Aqidah
Macam-macam ilmu aqidah antara lain:
Macam-macam ilmu aqidah antara lain:
- Ilmu
Tauhid; Ilmu yang menerangkan tentang sifat Allah swt yang wajib diketahui
dan dipercayai.
- Ilmu
Usuluddin; Suatu ilmu yang kepercayaan dalam agama Islam, iaitu
kepercayaan kepada Allah swt dan pesuruh-Nya.
- Ilmu
Makrifat; Suatu ilmu yang membahaskan perkara-perkara yang berhubung
dengan cara-cara mengenal Allah SWT.
- Ilmu
Kalam; Sesuatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliah
(ilmiah) sebagai perisai terhadap segala tentangan daripada pihak lawan.
- Ilmu
Akidah; Suatu ilmu yang membahas tentang perkara-perkara yang berhubung
dengan keimanan kepada Allah SWT.
Akidah Islamiyyah Aqidah islamiyah adalah iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya,Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, Qada dan Qadar (baik
buruknya) dari Allah SWT.
Makna Iman adalah pembenaran
secara pasti (tashdiq al-jazim) sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil. Jika
pembenaran saja tanpa disertai dalil tidak digolongkaniman, kerana tidak termasuk pembenaran yang pasti kecuali
apabila bersumber dari dalil. Jika tidak disertai dalil maka tidak ada
kepastian.
Jadi, kalau cuma pembenaran saja terhadap suatu berita tidak termasuk iman. Berdasarkan hal ini pembenaran harus berdasarkan dalil agar menjadi bersifat pasti, atau agar tergolongiman. Ini bererti adanya dalil terhadap segala sesuatu yang dituntut untuk diimani adalah suatu hal yang pasti agar pembenaran terhadap sesuatu tadi tergolong iman. Maka adanya dalil merupakan syarat utama adanya keimanan, tanpa melihat lagi apakah hal itu sahih (benar) atau fasid (rosak).
Sumber-sumber aqidah islamiah (مصدارالعقيدة الإسلامية)
antara lain:
Jadi, kalau cuma pembenaran saja terhadap suatu berita tidak termasuk iman. Berdasarkan hal ini pembenaran harus berdasarkan dalil agar menjadi bersifat pasti, atau agar tergolongiman. Ini bererti adanya dalil terhadap segala sesuatu yang dituntut untuk diimani adalah suatu hal yang pasti agar pembenaran terhadap sesuatu tadi tergolong iman. Maka adanya dalil merupakan syarat utama adanya keimanan, tanpa melihat lagi apakah hal itu sahih (benar) atau fasid (rosak).
Sumber-sumber aqidah islamiah (مصدارالعقيدة الإسلامية)
antara lain:
- Sumber
aqidah Islamiyyah yang pertama dan paling utama adalah al-Qur’an yang
merupakan kalamullah yang sama sekali tidak terdapat keraguan didalamnya.
- Sumber
yang kedua adalah as-Sunnah an-Nabawiyyah yang merupakan
penjelas dan pemerinci dari al-Qur’an. - Sumber
yang ketiga adalah al-Ijma’ yaitu kesepakatan para ulama baik salaf
(terdahulu) maupun khalaf (terkemudian) tentang sesuatu hal.
Pilar-pilar aqidah islamiyyah (أرآان القيدة الإسلامية) antara lain:
- Keyakinan
(iman) kepada Allah SWT (QS 2/177, 4/136) sebagai pencipta,
pemilik, pemberi rizqi, penguasa, pengatur, pembimbing kita. - Keyakinan
(iman) kepada Malaikat2 Allah SWT (QS 2/97,98,177,285;
4/136), sebagai makhluq yang diciptakan dari cahaya (nuur) dan tidak pernah
bermaksiat serta selalu taat pada perintah Allah. - Keyakinan
(iman) kepada semua Kitab2 yang diturunkan Allah SWT (QS
2/177, 4/136) baik kepada Nabi Muhammad SAW maupun kepada Nabi2
sebelumnya, seperti Taurat Musa as, Injil Isa as, Zabur Daud as, dan shuhuf Ibrahim as. - Keyakinan
(iman) kepada para Rasul as (QS 2/98, 4/136), yaitu semua
manusia yang diutus oleh Allah SWT kepada ummatnya masing2 yang dalam al-Qur’an disebutkan 25 orang jumlahnya yang wajib diimani. - Keyakinan
(iman) kepada hari Akhir (QS 2/177, 4/135), yaitu adanya hari
pembalasan atas semua amal yang dilakukan manusia. - Keyakinan
(iman) kepada qadha’ dan qadar Allah SWT (QS 25/2), hadits
Jibril dari Umar ra (HR Muslim).
Dalil Aqidah Islamiyah itu ada dua macam, iaitu :
- Dalil
Aqli (menggunakan akal).
- Dalil
Naqli (dari Al-Quran dan Hadis).
Yang menentukan apakah dalil itu aqli atau naqli adalah fakta dari
permasalahan yang ditunjukkan untuk diimani. Apabila permasalahannya adalah
fakta yang boleh diindera maka dipastikan dalilnya aqli bukan naqli. Namun jika
permasalahannya tidak dapat diindera maka dalilnya adalah naqli. Dalil naqli
itu sendiri diperoleh dari perkara yang boleh diindera. Maksudnya keberadaannya
sebagai dalil tercakup didalam perkara yang dapat diindera. Kerana itu dalil
naqli digolongkan sebagai dalil yang layak untuk diimani tergantung pada dalil
aqli dalam menetapkannya sebagai dalil.
- Allah
SWT –
Orang yang mendalami perkara yang dituntut akidah Islam untuk diimani akan
menjumpai bahawa Iman kepada (wujud) Allah
SWT dalilnya adalah aqli. Alasannya perkara tersebut –
iaitu adanya al-Khaliq (Maha Pencipta) bagi segala yang ada –
dapat dijangkau dengan panca indera.
- Malaikat – Iman terhadap
(keberadaan) Malaikat-Malaikat dalilnya adalah
naqli. Alasannya keberadaan Malaikat tidak
dapat dijangkau indera. Malaikat tidak
boleh dijangkau zatnya dan tidak boleh dijangkau dengan apapun yang
menunjukkan atas (keberadaan)nya.
- Kitab-Kitab – Iman terhadap Kitab-Kitab Allah
SWT dapat dihuraikan sebagai berikut. Jika yang dimaksud
adalah Iman terhadap Al-Quran maka
dalilnya aqli, kerana Al-Quran dapat diindera dan
dijangkau. Demikian pula kemukjizatan Al-Quran dapat
diindera sepanjang zaman. Tetapi jika yang dimaksud adalah iman terhadap
kitab-kitab selain Al-Quran, seperti Taurat, Injil dan Zabur,
maka dalilnya adalah naqli. Alasannya bahawa Kitab-Kitab ini
adalah dari sisi Allah SWT tidak dapat dijangkau (keberadaannya)
sepanjang zaman. Kitab-Kitab tersebut adalah dari sisi Allah
SWTdan dapat dijangkau keberadaanya tatkala ada Rasul yang
membawanya sebagai mukjizat. Kemukjizatannya berhenti saat waktunya
berakhir. Jadi, mukjizat tersebut tidak boleh dijangkau oleh orang-orang
(pada masa) setelahnya. Namun sampai kepada kita berupa berita yang
mengatakan bahawa kitab tersebut berasal dari Allah
SWT dan diturunkan kepada Rasul.
Kerana itu dalilnya naqli bukan aqli, kerana akal – di setiap zaman –
tidak mampu menjangkau bahawa kitab itu adalah kalam Allah
SWTdan akal tidak mampu mengindera kemukjizatannya.
- Rasul-Rasul – Begitu pula halnya Iman terhadap
para Rasul.
Iman terhadap Rasul(Nabi Muhammad s.a.w.) dalilnya aqli,
kerana pengetahuan akan Al-Quran sebagai
kalam Allah dan
ia dibawa oleh Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) adalah sesuatu
yang dapat diindera. Dengan mengindera Al-Quran dapat
diketahui bahawa Muhammad ituRasulullah.
Hal itu dapat dijumpai sepanjang zaman dan setiap generasi. SedangkanIman terhadap
para Nabi dalilnya adalah naqli, kerana dalil (bukti) kenabian para Nabi
–iaitu Mukjizat-Mukjizat mereka- tidak dapat
diindera kecuali oleh orang-orang yang sezaman dengan mereka. Bagi
orang-orang yang datang setelah mereka hingga zaman sekarang bahkan sampai
kiamat pun, mereka tidak menjumpai mukjizattersebut.
Bagi seseorang tidak ada bukti yang dapat diindera atas kenabiannya.
Kerana itu bukti atas kenabiannya bukan dengan dalil aqli melainkan dengan
dalil naqli. Lain lagi bukti atas kenabian (Nabi Muhammad s.a.w.) yang berupa mukjizat beliau. Mukjizattersebut
(selalu) ada dan dapat diindera, iaitu Al-Quran.
Jadi dalilnya adalah aqli.
- Hari
Kiamat –
Dalil Hari Kiamat adalah naqli, kerana Hari
Kiamat tidak dapat diindera, lagi pula tidak ada satu pun
perkara yang dapat diindera yang menunjukkan tentangHari
Kiamat. Dengan demikian tidak terdapat (satu) dalil aqli pun
untuk hari kiamat. Dalilnya adalah naqli.
- Qada
dan Qadar – Qada dan
Qadar dalilnya aqli, kerana Qada adalah perbuatan manusia
yang dilakukannya atau yang menimpanya (dan tidak dapat ditolak). Ia
adalah sesuatu yang dapat diindera maka dalilnya adalah aqli. Qadar adalah
khasiat sesuatu yang dimunculkan (dimanfaatkan) oleh manusia, seperti
kemampuan membakar yang ada pada api, kemampuan memotong yang ada pada
pisau. Khasiat ini adalah sesuatu yang dapat diindera, maka dalil untuk
perkara Qadar adalah
aqli.
Sumber referensi :
-
http://www.annaba-center.com/berita/pengaruh-aqidah-dalam-kehidupan
-
http://muslim.or.id/459-tauhid-akidah-dalam-kehidupan-insan.html